MAKALAH
HUKUM PERKAWINAN ADAT SUNDA
Diajukan untuk
memenuhi persyaratan Tugas
Mata kuliah Hukum
Adat
Tahun Akademik
2012-2013
Disusun
oleh:
Nama : Muhammad Baihaqi
NIM : 2011200052
Fakultas : Hukum (Ilmu Hukum)
Mata kuliah :
Hukum Adat
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA (UMJ)
2012
KATA PENGANTAR
Asalammualaikum
Wr.Wb.
Alhamdullilahhirabil’alamin
puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya
penulisan makalah " PERKAWINAN ADAT
SUDA " dalam mata kuliah Hukum Adat .
Dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Penulis mengakui bahwa dalam penulisan makalah ini
banyak kekurangan, hal ini disebabkan keterbatasan dan kemampuan penulis. Namun
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Pada akhirnya, makalah ini
diharapkan mampu memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi semua pihak pada
umumnya, dan bagi penulis pada khususnya.
Wasalammualaikum
Wr.Wb.
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR
ISI..................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................................ 1
1.2 Tujuan dan Maksud Penyusunan Makalah.................................................................... 1
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 3
2.1Konsep Dasar Budaya Sunda......................................................................................... 4
BAB
III ANALISA PEMBAHASAN............................................................................. 6
3.1 Kebudayaan
Suku Sunda.............................................................................................. 11
3.2 Sistem
Kekerabatan....................................................................................................... 11
3.3 Bahasa........................................................................................................................... 11
3.4 Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi................................................................................ 11
3.5. Analisa
terhadap Adat Pernikahan Budaya Sunda...................................................... 12
3.6
Masalah Sosial Dalam Masyarakat Suku Sunda............................................................ 16
3.7
Stratifikasi Suku Sunda................................................................................................ 18
BAB
IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI........................................................ 20
4.1Kesimpulan..................................................................................................................... 20
4.2 Rekomendasi................................................................................................................. 20
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Masyarakat
Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di
dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata adanya kemajemukan di dalam
masyarakat kita terlihat dalam beragamnya kebudayaan di Indonesia. Tidak dapat
kita pungkiri bahwa kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, karsa manusia yang
menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia.
Tidak ada
satu masyarakat pun yang tidak memiliki kebudayaan. Begitu pula sebaliknya
tidak akan ada kebudayaan tanpa adanya masyarakat. Ini berarti begitu besar
kaitan antara kebudayaan dengan masyarakat.
Melihat
realita bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural maka akan terlihat
pula adanya berbagai suku bangsa di Indonesia. Tiap suku bangsa inilah yang
kemudian mempunyai ciri khas kebudayaan yang berbeda-beda. Suku Sunda merupakan
salah satu suku bangsa yang ada di Jawa. Sebagai salah satu suku bangsa di
Indonesia, suku Sunda memiliki karakteristik yang membedakannya dengan suku
lain. Keunikan karakteristik suku Sunda ini tercermin dari kebudayaan yang
mereka miliki baik dari segi agama, mata pencaharian, kesenian dan lain
sebagainya.
Suku Sunda
dengan sekelumit kebudayaannya merupakan salah satu hal yang menarik untuk
dipelajari dalam bidang kajian mata kuliah Pluralitas dan Integritas Nasional
yang pada akhirnya akan menjadi bekal ilmu pengetahuan bagi kita.
1.2 Tujuan dan Maksud Penyusunan Makalah
Adapun tujuan dan maksud dari
makalah ini yaitu :
1. Mengetahui bagaimana tatacara pernikahan budaya sunda.
2. Memahami salah satu bentuk masalah ekonomi apabila menggunakan adat pernikahan budaya sunda.
1. Mengetahui bagaimana tatacara pernikahan budaya sunda.
2. Memahami salah satu bentuk masalah ekonomi apabila menggunakan adat pernikahan budaya sunda.
1.3 Kerangka Permasalahan
Untuk memudahkan dalam pembahasan
masalah maka penulis membatasi pada masalah yang akan dibahas adalah:
1. Bagaimana tatacara adat pernikahan manggunakan budaya sunda?
2. Bagaimana kaitannya tatacara adat budaya sunda dengan masalah ekonomi?
2. Bagaimana kaitannya tatacara adat budaya sunda dengan masalah ekonomi?
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.2
Konsep Dasar Budaya Sunda
Suku Sunda
adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia,
dari Ujung Kulon di ujung barat pulau Jawa hingga sekitar Brebes (mencakup
wilayah administrasi propinsi Jawa Barat, Banten, sebagian DKI Jakarta, dan
sebagian Jawa Tengah. Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk
terbanyak di Indonesia. Kerana letaknya yang berdekatan dengan ibu kota negara
maka hampir seluruh suku bangsa yang ada di Indonesia terdapat di provinsi ini.
65% penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda yang merupakan penduduk asli provinsi
ini. Suku lainnya adalah Suku Jawa yang banyak dijumpai di daerah bagian utara
Jawa Barat, Suku Betawi banyak mendiami daerah bagian barat yang bersempadan
dengan Jakarta. Suku Minang dan Suku Batak banyak mendiami Kota-kota besar di
Jawa Barat, seperti Bandung, Cimahi, Bogor, Bekasi, dan Depok. Sementara itu
Orang Tionghoa banyak dijumpai hampir di seluruh daerah Jawa Barat.
BAB III
ANALISIS
PEMBAHASAN
TAHAP
PELAKSANAAN
Sejak kepanitiaan sudah
dibentuk, ada beberapa pase tugas yang harus
mereka persiapakan agar upacara adat demi upacara adatyang
dilangsukanberjalan dengan sukses,Dalam perkawinan adat sunda, ada lima cara
pokok yang umumnya yang masih tetap dilestariakan hingga saat ini, walaupun di
sana sini ada ada proses midifikasi. Lima acara itu adalah lamaran, siraman
seserah, ngenyeuk serueh, akad nikah/peberangkatan kemesjid, dan saweran
NGEBAKAN /
SIRAMAN
Secara kasat mata siraman ini
artinya membadikan. Tapi, dibalik itu ada beberapa makna yang terkandung
didalamnya. Secara filosofis, siraman itu dimaksud sebagai upaya penyucian diri
lahir batin sebelum memasuki mahligai perkawinan
Upacara siraman ini juga
merupakan kesempatan bagi sianak untuk memohon doa restu kepada orang tua
maupun parasepuh. Tujuanya, agar dalam mengurangi hidup baru nanti ia
mendapatkan restu dan limpahnya kebaikan
dari mereka. Itu sebabnya biasanya yang
bertugas memandikan si calon pengantin, selain kedua orangtuanya, juga para
angota keluarga yang sudah tua dan orang orang sekaligus dikenal sebagai orang
yang alim soleh.
Karena merupakan symbol penyucian
diri, Maka sebelum upacara siraman ini dilangsungkan biasanya diselengarakan
pengajian. Sebelum pengajian dimulai, di tempat ini sudah disiapkan air
setaman, yaitu air dari tujuh mata air/sumur yang ditaburi bunga tujuh rupa.
Maksudnya, sebelumdimanfaatkan untuk memandikan kedua calon mempelai, air
setaman itu lebih dulu didoakan ustad/ustadzahbeserta orang orang yang hadir di
tempat itu
Alat-alat yang perlu dipersiapkan:
-
jambangan
berisi tujuh air tujuh mata air
-
Kembang tujuh rupa
-
Gayung lengkap dengan hiasan bunga
-
Kain batik
-
Kendi dari tanah.
-
Untaian melati untuk penutup bahu dan dada
-
Handuk kecil
-
Tempat duduk
-
Gubuk yang sudah dihias(kalo acara di selenggarakan di
luar)
-
Minyak wangi
Tata cara
pelaksanaan
Dirumah keluarga CPW
- MC (master of ceremony) atau pengarah acara membuka acara dan
mengunmumkan bahwa rainkayan upacara
siraman akan segera dimulai
- sebelum uoacara siraman dimulai lebih dahulu diselengarakan
pengajian/syukuran. Hadirin dalam acara ini CPW (Mengenakan kebaya biasa),
kedua orang tua,kerabat dekat, dan para tamu.
- selesai pengajian , air kembang setamanyang sudah didoakan do forum
pengajian itu dibagi dua dan salah satunya kemudian dikirimkan kerumah/ketempat
pemondokan CPP . seorang utusan dari keluarga CPP dating mengambil air kembang
setaman tersebut cara simbolis menggendong putrinya keluar kamarmenuju
pelaminan. Tentu saja tidak menggendong sunguh sungguhsang ibu berdiri di
samping kiri CPW dengan tangan kanan merangkul pinggang CPW . Tangan kirinya
memegang dua ujung kaki batik yang sudah dilingkarkan di pinggang maupun CPW ,
sepertiorang yang setengah menggendong.
- sebelum melakukan upacara
ngecagkeun aisan (melepaskan gondongan), lewat tembang sunda yang dilantunkan
oleh seorang juru mamos , kedua orang tua memberikan nasehat kepada putrinya
- kedua orang CPW kemudian duduk di
atas kursi yang sudah diasiapkan dan CPW dipangku diatas paha ibu dan ayanhnya
- Ayah CPW kemudian membuka kain gendongan sambil membaca ”Bismillaahirahmaanirrahim.”
- selanjutnya CPW duduk bersimpuh dibawah dan posisinya menghadap
orangtuanya yang duduk kembali diatas kursi tadi.CPW kemudian memohon maaf dan
restu kepadaibu dan ayahnya
- Orang tua CPW menjawab pemohon doarestu bagi putrinya
- CPW kemudian membasuh kaki ibunya denganairkembang setaman didalam bokor
dan setelah itu baru mengelap serta mengeringkanya dengan handuk. Setelah itu
CPW mencium kaki ibunya dan setelah itu ayahnya
- Upacara NGARAS (mencuci kaki orangtua) umumnya berlangsung bagi pasangan
pengantin sukapuara
Ngaras (
Mencuci Kaki orangtua)
Upacar ini hanay dilakukan dalam perkawinan adat
sunda gaya sukapura. Ngaras adalah upacara yang dilakukan sebelum CP[W/CPP
melaksanakan upacara siraman.
Upacara ini dilakukan sebagai ungkapan rasa sayang dan hormat seorang anak
kepada kedua orang tua
Seperti halnya upacar
siraman , yang diharapkan hadir dalamupacar ini adalah kedua orang tua calon
mempelai saudara saudara sekandung, kakek nenek keluarga besar kedua orang tua
kedua clon mempelai serta tamu tamu undangan khusus. Sesuia jumlah undangan yang
ada, posisiNgaras ini sebaiknya disesuaikan dengan keadaan rumah. Kedua orang
tua bisa duduk dikursi, sementara di bawahnya sudahdisiapkan air kembang di
dalam bokor atau panic . CPW/CPP duduk dihadapan kedua orangtua. Dengan
bimbingan pimpinan Ngaras CPW /CPP pertama kali membasuhi ibunya baru
kemudian ayahandanya.
Pengkajian
Idealnya, rangkaian acara yang
dimulai dengan pengajian ini dimulai usai shalat dhuhur pukul 12.30. disinilah
batin sicalon pengantin di gembleng agar mampu menjalankan bahtera keluarga
dengan baik sesuai yang digariskan agama. Acara ini umumnya hanya di ikuti oleh
anggota keluarga, kerabat dekat, maupun para tetangga di sekeliling keluarga
rumah CPW. Setelah acara pengajian yang memakan waktu lebih kurang satujam itu
selesai, CPW mulai masuk kamar pengantin untuk mempersiapkan diri melakukan
upacara ngacegkeun aisan (gendongan terakhir).
Petugasyang bertanggung jawab
kemudian memeberikan air kembang yang baru saja dodoakan bersama sama dan
selanjutnya air setaman itu dibagi dua. Sebagian air setaman yang sudah
ditaburi doa itu untuk upacara siraman di rumah CPW, sementara sebagian yang
lain di bawah kerumah CPP untuk acara siraman bagi CPP.
Ngecangkeun
aisan / Melepas gendongan
Upacara ngecankeun aisan yang
artinya melepaskan gendongan. Secara simbolik inilah gendongan terakhir seorang
ibu. Maknanya selama ini anak itu selalu dalam “Gendongan” atau dalam tanggung
jawab orang tua, mulai saat itu orang tua akan mulai melepaskan tanggung
jawabnya sebagai orang tua kepada putrinya yang akan segera memasuki pintu
gerbang rumah tangga. Taklama lagi sang putrid akan dinikahkan dan dipasrahkan
kepada suaminya, yang secara otomatis akan mengambil alih tanggung jawab kasih
sayang lahir batin dari orangtuanya
Alat-alat Ynag Perlu Dipersiapkan:
- bokor isi air kembang setaman
- dua kursi
- tujuh lilin lengkap dengan
tempatnya
- payung hias
- kain batik
- handuk kecil
Ngeningan (Mengerik)
Usai siraman dengan diantar kedua orangtuanya ke kamara pengantin. Setelah
itu CPW menuju kamar mandi untuk mandi sendiri untuk membersihkan bunga-bunga
bekas upacara siraman atau kotoran lainyang menempel di tubuhnya. Sebelum
dirias, CPW melakukan upacara ngeningan
(mengerik rambut halus) yang ada didepan maupun belakang kepalanya. Upacara ini
dilakaukan biasanay oleh juru rias.
Alat-alat yang perlu disiapkan:
- Alat-alat untuki mencukur, yaitu sisir, gunting, pisau cukur, pinset, dan
air sabun
-alat-alat sesaji yaitu koin putih/mori , air bunga sataman (diambil dari
bunga siraman),pedupaan, pelita (lilin/lampu minyak tanah)
SESERAHAN /
SEREN SUMEREN
Usai menjalani upacara siraman
biasanya calon pengantin melakukan mandi sungguhan sendiri dan kemudian
mengeringkan rambut. Setelah itu barulah ia dirias perias pengantin sebelum
wajahnya dirias, Rambut CPW harus dikerik dibagian depan dan samping. Terakhir
ia mengunakan busana untuk nantinya mengikutu upacara seserahan yang dilanjutkan dengan uoacar ngeyeuk sereuh
pada malam harinya, atau langsung pada upacara seserahan berlangsung
Upacara seserahan ini
adalah kelanjutan lamaran yang telah berlangsung beberapa minggu/bulan sebelum
seserahan seserahan itu berlangsung . Pada saat itu pihak keluarga CPP
Secara simbolik menyerahkan CPP dengan
peralalatan/perlengkapan mawakeun yang nantinya akan dipake oleh CPP yang akan
di pake saat perkawinan mereka berlangsung .
Seserahan/seren sumeren
adalahupacara pernikahan yang dilakukan sebagai pemantapan dan tidak lanjut dan
tahapan lamaran yang sebelumnya sudah dilakukan oleh keluarga pihak CPP kerumah
keluarga CPW . Dalam acara lamaran ini pihak keluarga CPP menyerahkan calon
mempelai pria untuk nantinya bisa di nikahkan dengan CPW
Tapi, kedatangan keluarga CPP kerumah
keluarga CPW ini tentu saja tidak dengan tangan kosong,begiru juga dengan
keluarga CPW tidak akanmemberikan tamu tamunya pulang tanpa buah tangan
walaupun jenis dan jumlahnya tidak sebanyak bingkisan yang di bawa oleh
keluarga CPP. Di sinilah kekhasan rangkayan tata cara upacara perkawinan
adatsunda.
Dalam acara seserahan ini, keluarga
CPP menyerahkan bebrapa bingkisan yang besar kecil maupun banyak sedikitnya
tergantung pada kemauan/kesepakatan masing-masing keluarga. Tapi, ada aturan
aturan baku yang selama ini selau menjadi acuan para calon pengantin adat sunda
Uang dan Barang Ynag Perlu disiapkan:
- Uang yang jumlah 10 kali lipat
dari jumalah unag yang di bawa saat berlangsungnya acara lamaran
- Seperangkat/lebih pakaian wanita, termasuk pakaian dalamnya
- Saperangkat/lebih perhiasan wanita seperti kalung, gelang, cicin, anting,
dan sebagainya
- Satu set/lebih perabotan rumah tangga dan dapur , seperti tempat tidur,
meja, kursi, kulkas, kompor, panic, dan sebagainya
Parawetan untuk mengisi dongdomgan antara lain:
-Buah-buahan seperti 1 cau saturuy (pisang raja bulu dengantandanya)angur,
apel, slak, sawo, nanas, bangkuang Dsb
-Hahampangan (kue-kue kecil)dan kue basah(Bubur berem/merah – bubur bodas/putih puncak manic & kulub endog
(nasi tumpeng kecil + telor ayam matang), dsb.
-Bahan lauk : daging sapi, ayam hidup, ikan mas hidup, dsb.
-Bumbu dapur komplit (gula merah yang masih pake daun aren, garam, bawang
merah & putih, dsb).
- Kelapa hijau (kelapa santan)
- Beubeutian (singkong lengkap dengan pohonya)
- Pare ranggeuyan (padi yang lengkap dengan gagangnaya)
- Lamarguh (sirih pinang lengkap, dengan tangkainya)
- Jambe ranggeuyan (pinang dengan tangkainya )
- Jambe (pinang tua)
- Mayang jambe (bunga pinang)
- Wlauh gede (llabu kuning besar)
- Kaci (kain putih) dua sentimeter
- Alat-alat jahit seperti : jarum benang-benang kanjeh, dsb.
- Alat sawer, kendi kecil, dan cobek lengkap dengan cowet (ulekan) kecil.
- Uang receh
- Beras kunyit seiytar satu genggam
- Serbet.
- Elekan, harupat (lidi enau)kecil dan papan kecil ukuran 10 x 15
sentimeter
- Lumpang dan alu kecil
- Bedog (golok), pisau, dan talenan
- Lilin dan koerk api
- Telur ayam kampong
- Rujakeun (alat sesaji)
Ngeyeuk
Sereh
Ngeyeuk sereh berasal dari kata
paheuyeuk heyeuk jeng beubeureuh (bekerjasama dengan pacar). Maksudnya biar
digoyang badai kehidupan seperti apapun kedua calon kedua mempelai ini tetap
lengket terus sampai tua. Ada yang mengatakan ngeyeuk itu berasal dari kata
ngaheuyeuk yang artinya mengurus atau menyelenggarakan. Misanay ngaheyeuk
Negara artinya mengurus Negara.
Ngaheyeuk pare artinya menginjak
nginjak padi agar padinya lepas sehingga bisa dimasukan ke penggilingan padi.
Ngaheyeuk juaga bisa berarti bergandeng-gandeng. Maksudnya, jalanin kerjasama
yang baik agar pekerjaan itu bisa selesai dengan bai. Jadi ngeyeuk sereh itu
adalah menyusun sirih agar bisa tersusun dengan rapi.
Alat alat yang harus di persiapkan
- Hasil tumbuh-tumbuhan
- Sereuh ranggeuyan (sirih seger lengkap dengan tangkainya)
- Mayang jambe (bunga mayang yang masihtertutup)
- Waluh gede (labu besar)
- Pare gendengan (seikat padi)
- Kembang setaman 9bunga tujuh rupa)
- Daun hanjuang (daun untuk pembungkus)
Pakaian
- Panggango isteri pameget sapangedeg (seperangkat pakaian wanita dan pria)
- Sinjang batik (kain batik) berjumlah ganjil
- Sinjang poleng (sarung pelekat).
Parawanten (sesaji) yang terdiri atas:
a.
Lamereun kumpilit (sirih pinang lengkap)
b.
Barang-barang dapur seperti :
-
Beas sakulak (Samangkuk beras)
-
Bumubu dapur sambara badag (bumbu bumbu sepert salam,
lengkuas, serai, dsb)
-
Cowet cobek dari tanah
-
Boboko bakul lengkap dengan cukul (centong nasi)
-
Hiji nyiru (tampan besar)
-
Buah (satu sisir pisang emas dan pisang raja kelapa
muda, kelapa tua) dan buah tujuh rupa (manga, jeruk, jambu, papaya, dudku,
rambutan, dan apel)
-
Hahampangan (kue kue kecilseperti rangginang,
kelentongan dsb)
-
Rurujakeun (untuk sesaji beruoa gula putih, gula
merah, kelapa, asem, peyeum, roti, pisang emas dan pisang kulutuk)
-
Cocngcot puncak manik (nasi tumpeng bagian atas dan
diatasnya dikasih telur matang utuh)
-
Bubur bereum bodas (bubur merah bu bur putih)
-
Setangkai dau pisang
-
Kemenyan putih minyak kenanga,minyak wangi sebungkus
bunga rampai benang hitam putih lengkap dengan jarumnya,cermin,dan kain putih
satu meter
-
Gula dankopi
PUNCAK
SEGALA UPACARA
AKAD NIKAH
Inilah salah satu saat saat
terpenting dalam perjalanan hidup manusia karena sejak saat itulah kedua sejoli
itu dianggap sebagai manusia utuh yang memeiliki hak hak penuhsebagai warga
masyarakat. Ditinjau dari segi agama, upacara ijab Kabul/pemberekatan
mesjid/peresmian adalah peristiwa yang mau tidak mau wajib dilakukan bagi
mereka yang ingin memasuku bahtera rumah tangga. Agama apapun tidak ada yang mengijinkan
umatnya untuk bersuami/istri ala kumpul kebo, tanggung jawab peristiwa
bersejarah ini tidak hanya kepada sesame manusia, namun yang paling penting
adalah kepada sang maha pencipta.
Sebagai upacara yang sangat
religious, acara ini seharusnya ditata sedemikian khidmat sehingga suasana
batin benar benar terasa khusuk dan terpelihara. Selain urutan acara dan
waktunya harus dirancang dengan matang, persiapan tempat dan perlengkapanya pun
harus jelas. Misalnya, bagaimana urutan acaranya, pukul berapa dimulai, acara
ini akan dilangsungkan dimana (di mesjid, gereja, pura, atau dirumah) dan
perlengkapan apa saja yang harus dipersiapkan. Kalau rumah calon mempelai pria
jauh, pihak keluarga CPW sebaiknya menyediakan tempat mondok dan beristirahat
bagi clon keluarga pria dan keluarganya.
YANG BOLEH
MENJADI WALI
Dalam agama islam
khususnya dalam uoacara akad nikah/ijab Kabul, orang yang memenuhi
syaratmenjadi wali nikah adalah
-
Calon wali berakal sehat
-
Merdeka dirinya, bukan orang bayaran (abid)
-
Seorang yang muslim dan benar benar dewasa
-
Lelaki bukan perempuan
-
Ia seorang yang adil,tidak banya bohong, tidak
melakukan dosa besar yang disengaja seperti zina, membunuh, atau minum minuman
yang memabukan.
SABADA NIKAH
Serangkaian upacara yang dilakukan
setelah ini adalah acara Sabada
(sesudah) Akad nikah yang banyak dilakukan masyarakat pasundan guna ikut
memeriahkan acara peserta perkawinan. Meski acara ini dilakukan usai pasangan
sejoli itu resmi menjadi suami istri, namunrangkaian ini adlah puncak dari rangkaian
panjang uoacara perkawinan adat tradisional Sunda.
Seperti juga pesta pesta perkawinan
adat yang lain, dulu perkawinan adat sunda bisa berlangsung selama setengah
atau bahkan sebulan, Sebagai “Undangan” atau “Pengumuman” kepada masyarakat di
sekelilingnya bahwa dirumah fulan akan diselenggarakan pesta perkawinan, selama
berhari hari pararemaja putra putrimelakukan Ngagondang, yaitu memukulkan alat
penumbuk padi (alu) kelesung sambil bersama sama melantunkan lagu lagu
tradisional sunda yang indah.
NYAWER
Kenapa sepsang mempelai usai menikah harys menjalani
saweran, konon ada sejarahnya sendiri. Sejak agama islam masuk di tanah
parahiangan, pasangan muda mudi setiap menikah selalu didalam mesjid. Agar
kesucian mesjid itu tetapterperihara hingga saat kedua mempelai itu pulang
kerumah, maka kedua mepelai harus disawer terlebih dahulu dihalam teras dekat
rumahnya.
Asal kata nyawer adalah awer, Ibarat seember be da
cair, benda ini bisa di –uwar awer (tebar tebar)dengan mudah. Jadi, secara
fisik arti nyawer itu adalah menebar-nebar. Tapi, dibalik itu nyawer memiliki
makna yang lebih dalam dan ritual, yaiutu menebar nasihat. Maksudnya, “Sepasang
raja dan ratu sehari” itu sebentar lagi akan mengarungi bahtera kehidupan yang
penuh misteri. Ibarat hutan, hutan itu adalah hutan belantara yang pelum
terjamah oleh tangan dan kaki manusia sehingga terkesan misteruis dan mengerikan.
Di satu sisi rumah tangga itu bisa menjadi sebuah istana kerajaan yang indah
bagaikah di surga, tapi di sisi lain bisa menjadi malapetaka hebat seperti
dalam neraka.
Meleum Hareupat
Lelaki selau diidentikkan dengan otot, kekuatan,
kejantanan, dan kegalakan. Bisa di bayangngkan betapa gawatnya isi dunia ini
kalau isi dunia lelaki. Bisa jadi isi dunia hanyalah perang dan perang karena
masing masing lelaki ingij menunjukan kebolehnya. Dalam upacara kawinan adat
sunda, symbol ini divisualkan dalam acara meleum harupat. Harupat adalah
lambing sipat lelakiyang gampang patah, keras, dan hitam. Benda ini adalah
racun, lebih lebih apabila kalau menusuk ke telapak kak. Sikap pemarah lelaki
yangdigambarkan nyala lidi dari lidi ijuk (meleum harupat) pada akhirnya harus
bertekuk tekuk dengan sipat lembut wanita. Api amarah lelaki itu menjadi padam
ketika disiram dengan air kelembutan seoranf wanita.
Alat alat yang perlu disiapkan :
-
Harupat (lidi injuk pinang)
-
Korek api dan lilin/pelita
Nincak Endog
Banyak susku
di Indonesia memanfaatkan telur ayam untuk upacara dalam perkawinan mereka.
Salah satunya adalah upacara perkawinan Adat Sunda. Ini tentu saja bisa
dimaklumi, kiarena telur adalah lambing segala awal kehidupan. Dari telurlah
nantinya muncul daging, darah, dan nyawa. Lebih jauh telur adalah simbol
kesuburan atau yang lebih khususnya lagi lambing keperawanan.
Sebagai
simbol awal kehidupan, maka kedua orang tuanya harus senantiasa berusaha
menjaganya. Telur itu harus dijaga janagn sampai pecah atau berantakan sebelum
saatnya menetes. Bagi seorang gadis, buah keperawanan haruslah selalu dijaga.
Saat itu berhasil mendapatkan pasangan yang sesuia dengan kalbunya, barun hal
yang palin berharga dari tubuhnya itu dipasrahkannya secara utuh. Pada saat
upacara Nincak Endog (menginjak telur) yang dilakukan oleh pengantin pria, pada
saat itulah keperawanan pengantin putrid sudah terpecahkan.
Alat alat yang perlu dipersiapkan:
-
Sebutir telur ayam dalam pelastik
-
Cobek dan elekan
-
Tunjangan (papan ukuran sekitar 3 x 20 x 2 cm)
-
Kendi berisi air
-
Hnduk kecil
Buka Pintu
Bagi siapapun yang ingin bertemu ke
rumah orang, mereka harus mengetuk pintu atau member salam. Filosofi inilah dan
kemudian diterapkan dalamupacara perkawinan adat Banjarmasin dan kini juga
melengkapi perkawinan adat sunda. Konon, upacara buka pintu ini bukan upacara
asli perkawinan adat sunda. Upacara ini diperkenalkan pertama kali pada
masyarakat pasusndan leh pangeran hidayatullah, ketika ia di buang penjajah ke
Cianjur.
Upacar buka pintu ini secara turun
temurun menjadi bagian upacara perkawinan Adat sunda. Sebelum memasuki rumah
keluarga pengantin wanita , sebelumnya pengantin pria harus mengetuk pinti tiga
kali. Dari dalam rumah penga nti wanita tidak langsung membukakan pintu. Ia
perlu memastikan apakah pria yang mengetuk itu benar benar buah hatinya yang
baru saja menikahinya.
Huap Lingkung
Tak hanya telur ayam yang ikut menyertai upacara
perkawinan Adat Sunda, namaun juga ayamnya. Maklum, hamper semua orang menyukai
dagingnya. Dalam puncak acara perkawinanadat sunda. Ayam ikut menyemarakan dalam
upacarhuap lingkup (saling suap menyuapi). Selain sebagai simbol agar keduanya
berbagi rezeki secara adil, acara ini dulunya juga dimaksudkan untuk lebih
mengakrabkan kedua mempelai. Maklum, pengantin pengantin jaman dulu umumnya
belum saling mengenal, apalagi saling bersentuhan.
Dulu acara acara seperti ini selalu diselenggarakan di
bawah, duduk diatas tikar atau karpet. Sekarang diambil praktisnya saja. Karena
umumnya acarpesta diselenggarakan di gedung pertemuan atau di mesjid. Maka
uoacara huap lingkung pun diselenggarakan di kursi pelaminan dan diapit orang
tua masing masing.
Tahap berikutnya adalah suap suapan di antara kedua
mempelai masing masing sebanyak tiga suapan. Posisi dudukpengantinpria di
sbelah kiri dan penganti putrid di sebelah kanan. Tanagn pengantin pria
merangkul pengantin putri dengan jari tanganya mengarah kemulut pengantin
putri, sementara tangan kirinya memegang paha kanan pengantin putrid.
Sebaliknya, tangan kiri pengantin putri memegang bahu kiri pengantin pria,
sementara tangan kanan mengarah kemulut pasangannya. Setelah posisinya tepat
batulah dimulai upacara Huap Lingkup.
Alat alat yang perlu
disiapkan
-
Dua piring nasi punar (nasi ketan kuning)
-
Dua cangkir air the
-
Satu ekor ayam matang bakakak
-
Dua mangkok air keciluntuk mencuci tangan
-
Dua lap tanga/tissue
Ngaleupaskeun Japati
Dengan diantara kedua
orang tua kedua mempelai, juru rias, keluarga, kerabat dekat, Raja dan ratu
sehari itu kemudian berjalan keluar ruangan. Di tempat ini telah disampaikan
sepasang merpati, sebagai “alat” utama untuk upacara ngaleupaskeun japati
(melepaskan merpati). Bagi masyarakat sunda merpati adalah sosok binatang yang
memiliki kebiasaan kebiasaan yang fositif. Burung merpati umumnya selalu hidup
rukun dan berantem atau tak pernah saling cakar mencakiar
Sebagai binatang
peliharaan, merpati sangat setia pada majikanya. Binatang ini suka dipercaya
kalau suruh mengirimkan surat. Pasti akan sampai pada alamat yang dituju.
Binatang ini juga bukan binatang jorok, termasuk makanan yang dimakanya bulu
maupun badanya yang halus tampak selalu bersih. Kalauterbang jarang sekali
sendirian, ini pertanda bahwa binatang ini memegang kekerabatan yang tinggi.
Merpati kalau bertelur selalu dua, ini berarti mengajarkan pada manusia untuk
ikut keluarga berencana.
Selama ini merpati memang
dikenal sebagai lambing pemberi kabar dan pembawa perdamaian. Kabar perdamaian
dan kekeluargaan itu pula yang ingin disampaikan dua keluarga besar dua
mempelai bahwa dua sejoli itu kini telah menikah dan sepakat untuk memasuki mahligai
ruamah tangga. Den gan dilepaskanya merpati, hal ini sekaligus menggambarkan
kepada masyarakat luas bahwa kedua sejoli itu telah resmi terikat dalam
pernikahan yang sah. Bersama iringandoa yang khusuk, ibu penganti wanita
melepaskan merpati betina, sementara ibu penganti pria melepaskan merpati
jantan.
Doa Dan Ucapan Selamat
Dengan berakhirnya upacar
luap lingkup itu, maka paripurnalah seluruh rangkaian upacara adat yang
diselenggarakan oleh keluarga pengantin putri. Upacara ini bisa diakhiri dengan
doa yang dipimpin seorang ulama. Sebelum kemudian memasuki acara pesta yang
akan dihadiri oleh undangan, kedua mempelai bersama kedua orang tuamereka
menerima ucapan selamat dari keluarga dan kerabat dekat mereka. Posisi berdiri
mereka dalah dari kana adalah ayah dan ibu mempelai pria, mempelai wanita,
mempelai pria, dan baru ibu dan ayah mempelai wanita.
DAFTAR
PUSTAKA
Ini sumbernya dari mana saja?
BalasHapusBTW, buku-buku tentang adat perkawinan Snda itu sedikit ya?